MENGHASILKAN TULISAN TERBAIK


Oleh Ary Kinoysan Wulandari

Tulisan terbaik tidak terlalu gampang untuk diwujudkan. Karya terbaik tidak lahir dari orang yang super. Publikasi seperti itu lahir dari mereka yang tekun dan berlatih terus menerus. Setiap waktu mau belajar untuk kemajuannya.
Membaca dan menulis tidak bisa dipisahkan bagi seorang penulis. Sekurangnya, untuk menghasilkan tulisan terbaik ada yang bisa kita lakukan:

1. Baca karya-karya penulis besar. 
Dasar utama menulis adalah belajar langsung dari ahlinya, dengan membaca karya-karya mereka. Semakin banyak membaca semakin kaya kita akan teknik, cara menulis, hingga mengetahui konten-kontennya.

2. Banyak menulis. 
Tidak bisa tidak, selain banyak membaca, harus banyak menulis. Menulis adalah keterampilan. Semakin banyak berlatih, semakin terampil semakin terasah.

3. Catat ide.
Jangan pernah melewatkan ide yang tampak sepele. Hal-hal besar sering dimulai dari hal kecil yang “tampak tidak berharga”. Tidak usah ribet deh, kalau tidak ada peralatan canggih, kertas dan bolpoin pun jadilah.

4. Menulis sebagai “rutinitas”.
Cari waktu, tempat, suasana yang tepat untuk menulis. Seperti sekolah itu lho. Masuk pagi, keluar jam istirahat, pulang jam berapa. Menulis juga perlu rutinitas biar terbiasa. Meski hanya 10 menit, kalau rutin misalnya sebelum berangkat kantor, setahun jadi naskah.

5. Hilangkan semua gangguan.
Matikan handphone, telepon, nonaktifkan socmed, bersihkan meja dan kamar kerja, pasang musik, dll. kalau dirasa mengganggu. Tapi kalau tidak, silakan saja. Tipikal penulis beda-beda. Adayang di tengah kebisingan pun, tetap bisa menulis dengan tenang.

6. Bikin rencana, tulis, dan selesaikan.
Ini juga satu kesatuan, kalau sudah merencanakan, tuliskan dan selesaikan. Adabanyak pemula yang rencananya keren, tapi tak kunjung ditulis atau tak pernah diselesaikan. Butuh komitmen pribadi untuk menyelesaikan satu naskah.

7. Revisi itu penting.
Jangan percaya dengan draft pertama. Kita pikir sudah bagus, kalau pas dibaca pasti banyak bolong-bolongnya. Bijaksanalah. Revisilah karya sendiri. Kalau sudah yakin bagus, cari first reader, editor, atau siapa yang kita percayai untuk membedah karya kita menjadi “sempurna” dalam penilaian naskah.

8. Menulis sesuai dengan percakapan.
Banyak orang yang merasakan kesulitan menulis, karena mereka membedakan percakapan dan tulisan. Tulis saja seperti saat kita bicara pada orang lain. Ini akan memudahkan kita, dan juga menjadikan tulisan kita lebih “bersahabat”.

9. Selalu gunakan kalimat dan paragraf sederhana.
Kalimat singkat, sederhana, biasanya lebih mudah dipahami dan lebih diterima kalangan luas. Demikian pula dengan paragraf. Makin sederhana sesuatu biasanya makin universal, tetapi sekaligus makin tidak mudah membuatnya.

10. Opening dan ending yang kuat.
Kalau opening tulisan kita tidak mengikat pembaca, pasti ditinggalkan. Kalau ending kita tidak surprise, pasti dilupakan. Jadi, rajin-rajinlah belajar soal dua masalah ini agar tulisan kita tetap ditunggu pembaca setia.

Happy Writing, Be A Good Writer 

Related Posts:

MENENGOK TREND MAKE UP 2015

Salah satu hal yang selalu menjadi perbincangan di awal tahun, terutama para wanita, adalah trend yang akan berkembang di tahun tersebut. Selain trend fashion, yang tidak kalah hebohnya adalah trend make up.
Tak dapat dipungkiri, make up sudah menyatu dalam keseharian banyak wanita. Sehingga mengikuti perkembangan trend make up adalah sebagai kebutuhan. Menurut Damayanti Maris, pendiri sekolah kecantikan DM Make Up, ada 2 macam trend make up yang akan berkembang di tahun 2015 ini. Yang pertama adalah tehnik smoked eyes terutama warna-warna berani pada daerah mata lebih ditonjolkan. Warna yang digunakan tidak hanya terpaku pada warna hitam, tetapi lebih bervariasi. Warna-warna gradasi seperti orange ke merah muda atau hijau ke ungu juga dapat menjadi pilihan.


Trend lainnya adalah trend make up yang banyak dipengaruhi oleh Korea dan Jepang. Trend make up natural yang tampak seolah-olah tanpa menggunakan make up. Trend make up ini memberikan kesan wajah bening, sehat, dan flawless.
Damayanti mengatakan, ada baiknya wanita lebih memperhatikan kesehatan kulit, terutama bagi wanita yang menggunakan make up untuk kesehariannya. Bagi kulit sensitif atau berjerawat tentu akan membutuhkan perawatan ekstra. Dengan mengetahui permasalah pada kulit, dapat membantu dalam menyesuaikan kandungan kosmetik dengan kondisi kulit. Pengetahuan tentang jenis kulit juga penting, seperti kulit kering, berminyak, dan normal. Masing-masing jenis kulit tersebut memiliki kecocokan yang berbeda terhadap produk kosmetik tertentu, seperti pemilihan jenis foundation yang cocok dan tahan lama di kulit tertentu.
Damayanti menambahkan, make up memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan kulit. Apalagi bagi wanita yang memiliki alergi dan kulit sensitif. Wanita yang memiliki kedua jenis kulit ini harus lebih berhati-hati dalam memilih dan menggunakan kosmetik. Jangan lupa melakukan tes alergi sebelum membeli kosmetik. Selain itu, mengetahui kandungan dari masing-masing kosmetik juga penting. Jangan mudah termakan janji-janji iklan.
Damayanti juga memberikan tips agar make up dapat teraplikasi secara sempurna, yaitu dengan memakai pelembab terlebih dahulu sebelum menggunakan foundation. Gunanya adalah untuk merawat dan menjaga kelembaban kulit, sehingga jika terpaksa menggunakan foundation yang berat seharian pun kulit tetap terjaga.
Nah, selamat bereksperimen dengan make up anda, ya :)

Related Posts:

MENJAWAB TANTANGAN BISNIS DI TAHUN 2015


       Tahun telah berganti. Namun tantangan dalam hidup akan terus ada dan bertambah berat. Salah satunya dalam hal bisnis. Apalagi di tahun 2015 ini, Indonesia akan mulai berpartisipasi dalam Masyarakat Ekonomi Asean atau yang lebih dikenal dengan MEA.
MEA adalah sebuah kesepakatan yang dibuat oleh para pemimpin  di kawasan Asia Tenggara untuk membentuk sebuah pasar tunggal di akhir tahun 2015. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing negara anggota ASEAN terutama dalam hal menarik investasi asing. Dengan adanya investasi tersebut diharapkan akan dapat memperbesar penyerapan tenaga kerja sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Di sisi lain, dengan adanya MEA maka dimungkinkan penjualan barang dan jasa antar negara menjadi lebih mudah. 
Seorang pelaku bisnis, Verawati mengatakan, dengan berlakunya MEA maka pebisnis Indonesia akan dihadapkan pada persaingan yang lebih ketat. Akan ada lebih banyak pesaing. Tidak hanya sesama pebisnis lokal, namun juga pebisnis mancanegara. MEA menghilangkan batasan antar negara. Pebisnis asing akan dengan mudah masuk ke Indonesia. Dengan modal dan kemampuan yang dimiliki akan memaksa para pebisnis lokal untuk bertarung dengan segenap kemampuan yang dimiliki agar tetap survive dalam bisnisnya.
Di sisi lain, para pebisnis juga akan dihadapkan pada ketidak stabilan kondisi pasar. Ini akan sulit diprediksi hingga pebisnis harus memiliki perencanaan yang matang dan kewaspadaan dengan apapun yang akan terjadi. Kesiapan diperlukan terutama jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan hingga mempengaruhi jalannya bisnis. Apalagi jika menengok pada kualitas produk dalam negeri yang sebagian masih kurang memenuhi standar Internasional.
Wanita yang juga pemilik Latifa Spa ini menambahkan, untuk mengatasi masalah di atas, ada beberapa hal dapat dilakukan pebisnis. Salah satunya adalah dengan melakukan riset pasar dan survei kompetitor. Riset pasar dilakukan untuk mengetahui jenis barang dan jasa apa saja yang menjadi kebutuhan dan permintaan konsumen. Sedangkan survei kompetitor dilakukan untuk mengenal siapa saja yang menjadi kompetitor sekaligus untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan masing-masing. Selain kedua hal tersebut, pebisnis juga dapat melakukan riset terhadap perilaku konsumen. Ini diperlukan untuk mengetahui selera pasar. Dengan menggabungkan ketiga elemen tersebut diharapkan pebisnis mampu melangkah dengan perencanaan yang matang dan pasti. Tentunya hal tersebut harus dibarengi dengan peningkatan kualitas produk, inovasi produk yang terus berkelanjutan, serta diferensiasi produk yang lebih unik, sehingga konsumen merasa puas dengan apa yang didapat.
Masih menurut Verawati, agar pebisnis survive dalam menghadapai tantangan di tahun depan, penguatan branding sangat diperlukan baik itu personal branding, corporate branding, atau juga product branding.
“Jangan pernah ragu untuk berinvestasi pada brand building. Kalau perlu pakai jasa branding expert spesialist agar hasilnya maksimal,” kata wanita 3 putra ini.
Selain masalah branding, kemampuan public speaking dan creative writing juga diperlukan terutama ketika akan melakukan promosi, penulisan dokumen, dan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka pengembangan bisnis. Networking juga tidak dapat diabaikan. Bagaimanapun juga, networkingadalah kunci keberhasilan dan perkembangan bisnis. Begitu pula dengan ilmu pengetahuan dan skill. Tidak ada salahnya pebisnis terus belajar. Yakinlah, akan ada banyak hal baru yang ternyata perlu dipelajari di dunia ini dan tentu saja akan sangat mendukung kinerja para pebisnis. Dan yang tidak kalah penting adalah menjadi pebisnis yang kreatif dan inovatif.
“Bisnis yang berhenti kreatifitas dan inovasinya akan tergilas oleh pesaing yang terus berinovasi secara kreatif,” tegas wanita lulusan Hubungan Internasional ini. 
Jadi, siapkah Anda menjawab tantangan bisnis di tahun ini?

Related Posts:

HATI UNTUK SHEILA

Pintu masih terkunci. Sementara sang raja siang telah menyombongkan tahtanya di luar sana. Angin terkadang mengetuk lembut daun pintu berwarna cokelat gelap yang dipahat sedemikian rupa hingga menimbulkan kesan mewah pada tiap ukirannya.
Buyar. Lamunanku tentangnya terpecah seketika saat pintu kamarku diketuk dari luar. "Kamu masih ngelamun aja, Nal. Cepat berangkat!"
"Eh, iya. Bu." Aku kenakan lagi benda bulat di jari tengahku, meskipun agak sedikit sempit tapi aku suka memakainya.
Pagi itu kuminta supir taksinya untuk mengendarai lebih cepat. Sesampainya di depan kantor, segera kubayar argonya dan aku berlari menghampiri lift yang dikerumuni banyak orang. Lift seakan berjalan lambat, sedang waktu berjalan terlalu cepat. Aku mengetuk perlahan pintu bosku dengan sangat hati-hati.
"Masuk!" Titahnya. Suara menggelegar itu hampir saja menciutkan nyaliku.
"Selamat pagi, pak!"
"Selamat siang!" Jawabnya tegas. Kumisnya yang lebat seakan mengancam keselamatanku.
"Maaf, Pak. Saya..."
"Duduk!" Aku menarik keluar kursi yang bersembunyi di bawah meja. Kini aku duduk tepat di depan bosku.

"Kamu sudah bekerja di kantor ini berapa lama?" Tanya bosku tiba-tiba. Aneh.
"Satu tahun empat bulan, Pak."
"Lalu apa-apaan ini?" Bosku melemparkan sebuah map biru di hadapanku. Aku mengambil perlahan, sebuah pemutusan hubungan kerja antara pihak Malaysiadan kantorku.
"Kenapa Malaysiamemilih mengakhiri kerjasama ini?” Tanya bosku sedikit membentak,  memukul mejanya. "Kamu sudah lama bekerja di sini tapi kenapa ada kesalahan sefatal ini? Ini proyek ratusan juta. Karena kecerobohanmu, Malaysiayang awalnya setuju jadi berpikir ulang dan akhirnya membatalkan kerjasama ini." Aku tertunduk, menyesali kecerobohanku. Bosku berkacak pinggang, berkali-kali ia menggosok jidatnya bahkan beberapa kali dia menggebrak meja.
"Maaf, Pak. Saya akan bertanggung jawab."
"Bagus. Kamu dipecat! Sekarang keluar dari ruangan saya!" Bosku memalingkan wajahnya, seolah waspada kalau aku merengek di hadapannya. Aku berdiri, mengulurkan tangan pada orang yang kini menjad ibukan siapa-siapaku. Tanpa membalas niat baikku dia duduk dan menghidupkan rokoknya.
***
Setahun lalu, kehidupanku bertolak belakang seratus delapan puluh derajat dari yang sekarang. Karir, percintaan, semuanya serasa sempurna. Tak ada yang kurang.
Sheila, gadis yang kucintai dan yang mencintaiku. Selalu memberi semangat pada hidupku. Saat aku jatuh, ia membantuku bangkit dengan semangatnya, dengan senyumannya yang menenangkanku. She is my sunshine.
Namun tak dapat dipungkiri. Hidup penuh kejutan. Tak ada yang abadi di sini. Bahkan orang yang sangat kucintaipun bisa berubah tanpa alasan pasti.
"Kenapa? Ada apa sebenarnya?" tanyaku, mencari tahu atas perubahan sikap Sheila.
"Apapun itu ... aku merasa ... kita sudah tak bisa bersama lagi," jawab Sheila dengan suara bergetar.
"Tapi, Sheil ...,"
 "Maaf, Ronal. Aku harus pergi sekarang,"
Sheila pergi tanpa basa basi. Bukan hanya pergi dari hadapanku, tapi juga pergi selamanya dari hidupku. Dan hari ini aku terpuruk, benar-benar terpuruk.
Entah mengapa tiba-tiba saja aku ingat Sheila. Mungkin suasana inilah yang membuatku mengenangnya. Aku tercenung. Memandang foto-foto Sheila yang terpajang di dinding kamarku. Sheila sangat fotogenik. Ia tahu harus beraya seperti apa setiap lensa kameraku membidiknya. Aku suka fotografi, dan Sheila sangat suka difoto. Kami sepadan bukan? Seharusnya. Tapi tidak demikian nyatanya.
Kemarin, aku coba mencari tahu tentang keberadaan Sheila dari teman dekatnya, Dhea. Tapi jawaban yang aku dapatnya sangat mengejutkan.
"Lebih baik kamu lupakan Sheila. Dia sekarang sudah bertunangan dengan seorang pengusaha muda, dan sebentar lagi akan menikah,"
"Apa?!" seruku, tak percaya.
"Asal kamu tahu, Ronal. salah satu alasan Sheila meninggalkanmu adalah karena kamu belum mapan. Kamu hanya seorang pekerja kantoran biasa. Sedang Sheila, kamu tahu sendirikan bagaimana gayahidupnya. Dia anak orang kaya. Cinta saja tak akan cukup baginya," jelas Dhea.
"Tapi aku dan Sheila sudah berpacaran lama, dua tahun bagi kami sudah cukup untuk saling memahami." Aku masih shock dengan pengakuan Dhea.
 "Cinta tidak melulu soal itu, Nal. Adabanyak jenis cinta di luar sana." Ucap Dhea meninggalkanku bersama semua kenangan buruk tentang Sheila, sahabatnya.
Aku meremas cincin itu dan mengepalnya erat dalam gengaman. "Kalau Sheila tidak mencintaiku, untuk apa dulu dia mau menerima tunanganku?!" Teriakku membelah sunyi diruang ini, tak segan kulayangkan tonjokan pada dinding yang sedari tadi membisu, hingga kini warnanya merah darah.
***
"Tanganmu kenapa, Nal?" Tanya Ibu langsung menghampiriku saat sedang menyiapkan makan malam.
"Bukan apa-apa, Bu. Hanya luka kecil." Jawabku.
"Kau berkelahi?" Tanya Ibu khawatir. Aku menceritakan semuanya pada Ibu, tentang Sheila, tentang pekerjaan dan Ibu memahami posisiku.
"Jangan terlalu dipikirkan. Tuhan selalu punya cara sendiri untuk menyatukan hambaNya. Toh, kalaupun kalian berjodoh pasti akan dipertemukan dengan cara yang lebih baik." Nasihat Ibu.
Aku memikirkan semua yang Ibu katakan. Tapi, membiarkan Sheila terjamah orang lain bukanlah hal yang mudah. Aku menatap cincin yang bercumbu dengan jari tengahku.
Malam masih bercengkrama dengan dinginnya. Sedang aku masih terpeluk sepi. Bulan yang menari sendiri memaksaku untuk mengingat kejadian satu tahun silam. Malam itu ...
"Sheila, lihat ini!" Aku mempermainkan seutas tali berwarna biru di tanganku.
"Tali?! Buat apa, Nal?" Tanya Sheila polos, wajahnya yang lugu memberi kesan lucu pada setiap gerak kecilnya.
"Kamu mau gak aku ikat pake tali ini?"
"Enggak, ah. Ngapain coba? Kamu mau nyulik aku, ya?" Tuduh Sheila, spontan membuatku terkekeh.
Aku terdiam beberapa saat. Perlahan kuambil sebuah kotak kecil dari dalam saku jaketku. "Tapi, kamu mau gak aku ikat pake ini?" Kubuka kotak itu, dengan wajah terkejut dia menutup sebagian mukanya.
"Cincin?! Kau mau ...," Sheila menggantung ucapannya.
"Apa kau mau aku ikat dengan cincin ini? Sebagai tanda aku adalah milikmu, dan kau adalah milikku. Maukah kau bertunangan denganku?" Aku menatapnya, mencari jawaban dari dalam matanya. Matanya berbinar, namun ia terdiam. Sebuah anggukan kecil mengakhiri kekhawatiranku.
Tiba-tiba kami saling senyum, lalu sebuah pelukan mendarat di tubuhku. Aku mendengar napasnya seirama dengan napasku, aku juga dapat merasa detak jantungnya seiring dengan jantungku. Aku memasangkan cincin itu di jari tengahnya.
"Sudah larut, Nal. Lekas tidur!" Suara serak Ibu menghisapku kembali pada kenyataan bahwa Sheila tak lagi di sampingku.
***
Jam menunjukan pukul 09.38, baru saja kuakhiri mimpi yang membelaiku sejak subuh tadi. Aku cek handphone beberapa panggilan tak terjawab dan sms memenuhi inbokku. Mataku membulat saat membaca isi pesan tersebut. Berbagai ucapan selamat ulang tahun dan doa-doa mereka lantunkan untukku. Terlalu memikirkan Sheila membuatku terlupa bahkan pada hari ulang tahunku sekali pun. Ah, percuma, Sheila pun tak mungkin lagi mengingat tentang aku.
Hari ini aku ingin mendatangi tempat dulu aku dan dia sering menghabiskan masa. Ya, dia. Masih tentang Sheila.
Sebuah taman bunga menyambut kedatanganku. Tempat ini tak banyak berubah. Sebuah bangku tua masih berada di situ, tempat dulu aku dah Sheila... ah, sudahlah. Hari ini aku hanya ingin sendiri saja menikmati cacian yang dimuntahkan waktu. "Aku tahu kau pasti di sini,"
Deg! Suara itu... Ah, tidak mungkin, itu pasti hanya fatamorgana.
"Kau memang tidak berubah, masih sering mengabaikanku." Segera kupalingkan wajahku ke arahnya. Gadis manis dengan poni yang menutupi sebagian wajahnya, dengan baju biru yang membungkus sosok mungilnya. "Sheila?!"
"Ternyata aku nggak bisa hidup tanpa kamu." Sheila menunduk terlalu dalam, hingga aku tak bisa melihat kesungguhan ucapannya dari matanya.
"Ini," dia melepas cincin yang dulu kuberi dari jari tengahnya, lalu memberikannya padaku. "Aku..."
"Kau meninggalkan aku setelah aku memberi segalanya untukmu. Cinta, waktu, hingga cincin itu." Aku meremas tanganku, menahan emosi. "Meski kau telah mengembalikan semuanya, termasuk cincin ini. Tapi, kau tetap tak bisa mengembalikan hatiku. Kau menawanku terlalu dalam di hatimu, hingga aku sulit mengambil kembali hatiku." Aku meliriknya sesaat, dia menelurkan butiran-butiran bening di pipinya.
"Aku kesini bukan untuk mengembalikan cincin itu," ucapnya di sela isaknya. "Kau bodoh, kau memintaku menjadi tunanganmu tapi kau memasangkan cincin itu di jari tengahku. Aku mau kau memasangkannya di jari manisku." Dia menjulurkan tangannya, bergantian kutatap wajahnya dan cincin digenggamanku.
"Apa maksudmu?"
"Maaf. Aku tak bisa hidup tanpamu. Aku mencintaimu. Aku ingin menikah denganmu!" Kalimat terakhirnya membuat aku berpikir keras.
"Aku sudah tidak punya apa-apa. Aku dipecat dari tempatr kerjaku, dan kini aku kehilangan semangatku, kamu.”
“Aku nggak peduli. Aku memang berselingkuh dengan orang yang lebih mapan dari kamu, tapi ternyata aku salah, cinta tak hanya tentang itu. Aku juga kehilangan kamu, Nal.” Sheila terisak. “Kamu mau memasangkan cincin itu di jari manisku? Kamu mau menikah denganku?” Kali ini Sheila yang menatapku.
“Aku tidak bisa hidup tanpa kamu, Sheila.” Kami terdiam, saling menatap. Hingga akhirnya Sheila melabuhkan pelukannya, kubenamkan dia dipelukanku. Aku tahu dia adalah tulang rusukku. End


Related Posts: